Tujuan Hidayah
Dengan mengkaji ayat-ayat al-Quran seperti "Yang menciptakan, dan menyempurnakan (penciptaan-Nya), dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk"(1),
yang berbicara tentang Hidayah Takwini dengan jelas menunjukkan hidayah
ini menunjukkan kepada ukuran atau kadar. Artinya, segala sesuatu dalam
Hidayah Takwini bergerak sesuai dengan kadar yang telah ditentukan
baginya dan tidak mungkin menentangnya. Gerakan ini apakah terkait
dimensi individu atau sebagai kumpulan ciptaan mengarah pada ajal yang
telah ditentukan. Karena Allah swt berfirman, "Kami tiada
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan
dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan ..."(2)
Ajal yang ditentukan (Ajal Musamma) ini dijelaskan dalam ayat-ayat lain. Sebagai contoh mengenai tibanya ajal yang ditentukan, Allah Swt berfirman, "(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas ..."(3) Begitu juga dalam ayat, "(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit ..."(4)
Sebagaimana tujuan dari Hidayah Takwini setiap makhluk adalah
menyampaikannya kepada kesempurnaan yang sesuai dengan dirinya. Tujuan
dari Hidayah Takwini seluruh ciptaan Allah adalah menyampikan
kesempurnaan keberadaannya dan itu adalah alam akhirat dan terjadinya Ma'ad
(hari kebangkitan). Ketika semua ciptaan Allah ini sampai ke titik yang
lain dari alam ciptaan Allah di bidang materi maka aktualisasinya
berakhir dan di sini Hidayah Takwini berarti petunjuk kepada ciptaan
Allah yang bersifat materi berakhir ketika mencapai kesempurnaannya.
Tapi terkait Hidayah Tasyiri'i, sesuatu yang membimbing manusia ke alam
akhirat dan di jalur ini disampaikan dengan sejumlah pentakbiran dalam
al-Quran. Terkadang disebut dengan Sabil (jalan) seperti di ayat-ayat berikut:
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir."(5)
"Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar."(6)
"Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."(7)
Penggunaan kata Shirat (jalan) adalah yang terbanyak. Sebagai contoh dalam ayat tentang Nabi Musa dan Harun as, Allah Swt berfirman, "Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus."(8) Begitu juga tentang Nabi Ibrahim as, "(lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus."(9)
Nabi Muhammad Saw sendiri diperkenalkan dalam al-Quran sebagai pemberi
hidayah ke jalan yang lurus. Allah Swt menjelaskan, "... Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."(10) Pada akhirnya ada perintah umum yang diajarkan kepada manusia untuk mencari hidayah lewat jalan yang lurus, "Tunjukilah kami jalan yang lurus." (11)
Dengan demikian, Hidayah Tasyri'i adalah menunjuki jalan yang mampu
menunjuki seorang pesalik kepada keridhaan, pertemuan dengan Allah dan
kebahagiaan akhirat.
Dengan kata lain, Hidayah Tasyri'i adalah bimbingan menuju jalan utama, yakni Shirat Mustaqim dan jalan yang lurus ini yang disebut al-Quran sebagai agama yang benar seperti dalam ayat, "Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar ..."(12)
Agama yang benar dan Shirat Mustaqim ini mencakup akidah yang benar, sebagaimana lanjutan ayat sebelumnya, "...
Agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang
musyrik." Begitu juga mencakup dimensi praktis dalam menyembah Allah
Swt, "Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya
kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang
lurus."(13)
Di sisi lain, agama yang benar merupakan tuntutan fitrah manusia yang disebutkan dalam ayat, "Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui."(14)
Kesimpulannya, Hidayah Tasyri'i manusia sesuai benar dengan fitrah
manusia dan dapat dikatakan bahwa satu dari tujuan Hidayah Tasyri'i dan
perintah agama adalah mengaktualisasikan pengetahuan fitri yang
tersembunyi dalam jiwa manusia. Manusia di jalur keyakinan dan perbuatan
serta melaksanakan hukum agama pada dasarnya tengah mengarungi batinnya
dan mengaktualisasikan keutamaan batinya di dunia. Dari ucapan Imam Ali
as dapat dimengerti bahwa tujuan utama pengutusan para nabi adalah
menghilangkan tabir dari fitrah manusia.
"Kemudian
Allah mengutus rasul-rasul-Nya dari manusia, mengutus mereka satu
persatu demi menuntut perjanjian fitrah manusia, mengingatkan manusia
akan nikmat-nikmat Allah yang telah mereka lupakan, menyempurnakan
hujjah Allah dengan tablig dan membangkitkan khazanah akal mereka yang
terpendam ..."
3 komentar:
makasih atas infonya..karena sangat bermafaat,,
http://ichalrakot.blogspot.com/2013/09/obat-herbal-penyakit-kanker.html
di tunggu kunjugan balik
infonya sangat menarik untuk disimak gan makasih gan atas infonya kalo agan ada waktu silahkan mampir disini gan:
http://penjualanoabatherbal.blogspot.com/
subahanallah, mkasi atas infonya gan
kunjungi juga ya blog saya http://obatherbal46.blogspot.com/2013/09/obat-herbal-penyakit-kista.html
Posting Komentar